Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah sebuah peluang yang juga
merupakan tantangan. Negeri ini harus segera berbenah dan tak layak
tinggal diam. Indonesia memiliki banyak pekerjaan rumah yang harus
dilakukan demi upaya memanfaatkan keterbukaan ASEAN. Dengan terbentuknya
pasar tunggal yang bebas tersebut, hanya ada dua kemungkinan yang bisa
terjadi terhadap posisi Indonesia dalam perekonomian ASEAN. Posisi itu,
yakni menjadi pemain utama atau hanya duduk sebagai penonton.
Pasar
ASEAN yang sangat besar dan akan terus berkembang dalam beberapa tahun
ke depan menjadi suatu peluang yang seharusnya bisa dimanfaatkan
industri dalam negeri. Menuju tahun 2015 bukanlah waktu yang lama, kalau
peluang ini tidak segera dimanfaatkan, kita akan tertinggal. Jangan
sampai nantinya kita hanya terkesima melihat stabilitas lalu-lalang
sumber daya asing di negeri ini, lalu perlahan terlena dan melupakan
tujuan terciptanya masyarakat yang makmur dan sejahtera.
Pasalnya,
World Economic Forum dalam laporan The Global Competitiveness Report
tahun 2013-2014, menempatkan Indonesia di peringkat ke-38 dari 148
negara. Bahkan berdasarkan daya saing, logistik, dan produktivitas
tenaga kerja selama tahun 2012-2013, posisi Indonesia dibanding negara
ASEAN lainnya mulai mengkhawatirkan, yakni berada di bawah Singapura,
Malaysia dan Thailand.
Dari data tersebut, tentunya hal ini
merupakan tugas yang sangat berat bagi pemerintah untuk dapat
memenangkan persaingan dalam MEA 2015. Daya saing yang rendah
memperlihatkan produktivitas rendah, meskipun APBN sudah menembus Rp
1.800 triliun, Pasar ekonomi Indonesia yang besar, kelas menengah yang
semakin bertambah dan PDB per kapita yang mendekati USD5.000, memang
mengindikasikan daya beli masyarakat kita sudah cukup tinggi. Tingginya
daya beli ini akan menjadi bumerang bagi ”neraca ekonomi” kita bila daya
saing dan kesiapan infrastruktur kita tidak segera dibenahi dalam
menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 ini.
Di sisi lain,
negeri ini memiliki bonus demografi dengan komposisi usia pemuda
produktif, yang akan memberikan efek dahsyat bagi kemajuan ekonomi.
Pemuda dianggap memiliki peran yang strategis dalam peningkatan daya
saing global karena mereka adalah sosok individu yang mempunyai jiwa
optimis, berpikir maju, dan berintelektual. Perubahan hampir selalu
diprakarsai oleh para golongan muda. Pemuda merupakan pilar bagi
kebangkitan bangsa.
Menurut Badan Pusat Statistik, tahun 2013 lalu
jumlah pemuda mencapai 62,6 juta orang, atau rata-rata 25 persen dari
proporsi jumlah penduduk secara keseluruhan. Berkaca pada data tersebut,
kekuatan daya saing pemuda memegang peran penting dan strategis membawa
arah perjalanan bangsa, termasuk dalam menghadapi peluang MEA 2015 yang
sudah di depan mata. Pemuda dapat bertindak nyata dan menjadi faktor
kebangkitan bangsa. Sayangnya, dari sejumlah indikator, daya saing
pemuda belum menunjukkan potensi yang sebenarnya.
Faktanya, saat
ini pemuda banyak yang mengalami stagnansi dan distorsi peran mereka
sebagai pemuda. Pemuda kehilangan pandangan-pandangan visioner, buta
akan realitas sosial yang ada, ditambah dengan perilaku individualis,
pragmatis, hedonis dan konsumtif yang menyebabkan menurunnya citra daya
saing pemuda sebagai tonggak inovasi dan kedigdayaan suatu bangsa.
Banyak
pemuda kini yang mengaku peduli bangsa, namun hanya sekedar omongan
belaka, bahkan merendahkan bangsa sendiri. Kritik yang disampaikan hanya
berujung pada menjelekkan pemerintah, merendahkan penguasa, dan sibuk
mencari kesalahan. Kita semakin kehilangan teladan yang intens
memecahkan permasalahan kompleks di sekitar, terlebih memikirkan
kemajuan bangsa. Semakin langka mereka yang terus gelisah saat melihat
anak-anak jalanan kelaparan, membanggakan nama Indonesia di forum-forum
internasional, dan bergerak membantu saat masih banyak orang miskin yang
tidur di bawah jembatan. Untuk itu dibutuhkan suatu revitalisasi cara
pandang pemuda yang dibawa pada sebuah langkah praktis untuk
meningkatkan daya saing global.
Sebagai pemuda Indonesia mari kita
membangun sebuah pola pikir dan mental yang baik yang diwujudkan dalam
sebuah langkah nyata yang mampu membantu menciptakan kedigdayaan bangsa
ini. Komitmen pemerintah untuk mewadahi dan mengelola kaum muda agar
menjadi faktor atau motor pertumbuhan daya saing melalui penegasan
kecintaan terhadap tanah air, bangsa dan bahasa merupakan modal dasar
untuk mempersatukan gagasan, tujuan dan perjuangan pemuda dalam
mewujudkan kedaulatan, kemandirian dan kejayaan Indonesia.
Mungkin sejenak kita harus lebih peka. Peka pada keadaan yang masih
belum sempurna. Lebih banyak membaca masa lalu melalui buku-buku,
menyusun rancangan masa depan dari pembelajaran yang telah lalu. Dengan
begitu, nantinya diharapkan kita mampu bersaing dan siap menyambut
Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 serta memberikan dampak dan peran yang
besar bagi kemajuan bangsa, asalkan disertai dengan sejumlah upaya
persiapan yang matang di segala sektor kehidupan, demi Indonesia yang
lebih baik dan bermartabat.
Tidak ada komentar: