Oleh: Hazmi,S.Pd, M.Si
KATA KUNCI regenerasi suatu bangsa adalah pemuda. Baik buruknya nasib bangsa ini dimasa yang akan datang sangatlah tergantung bagaimana menyiapkan pemuda yang tangguh dan cerdas. “Berikan saya 10 pemuda yang cerdas niscaya akan saya kuasai dunia.” (Ir. Soekarno). Sebuah motivasi yang sungguh luar biasa dari presiden pertama kita itu.Sementara saat ini perkembangan teknologi semakin member kemudahan, sebuah ketakutan bangsa ini adalah generasi mudanya terlena oleh tawaran teknologi yang dibumbui banyak hiburan mengasikkan hanya melalui sebuah telepon genggam. Sehingga lupa pada pendidikan kecerdasan untuk mampu bersaing dalam menciptakan, mengolah, mendesain dan mengevaluasi yang diajarkan melalui dunia pendidikan. Kecenderungan yang tampak bagi anak-anak muda saat ini adalah menikmati suguhan teknologi belaka . padahal mereka yang menjadi pemuda pada masa ini, dalam 20 hingga 30 tahun kedepan diharapkan dapat menjadi pemimpin cerdas yang memajukan bangsa serta tangguh dalam persaingan global.
Di zaman sekarang, pola hidup pemuda sudah sangat memperihatinkan. Padahal Sumpah Pemuda menjadi bukti torehan sejarah para pemuda bangsa Indonesia untuk menyamakan pandangan akan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa dalam melawan penjajahan saat itu. Dalam sejarah bangsa kita tercatat, para pemuda bangsa yang berasal dari beragam latar belakang yang berbeda, bersatu melaksanakan kongres pemuda dengan satu tujuan bersama, yakni mewujudkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Melalui tangan-tangan para pemuda, Indonesia diakui sebagai negara yang berdaulat.
Tugas kita semua saat ini, terutama melalui dunia pendidikan untuk mewujudkan pemuda generasi emas yang tidak lemas, yang memiliki keberanian layaknya dalam menyatakan yang benar itu benar dan yang salah itu salah, bertanggung jawab serta memiliki rasa ingin tahu yang tinggi untuk mencari dan menemukan kebenaran atas dasar ilmu pengetahuan dan keyakinan, tidak pernah berhenti dari pengembangan rasa nasionalisme Indonesia. Nasionalisme di sini dimaknai sebagai mencintai identitas bangsa, maka pendidikan bagi generasi bangsa adalah aspek yang menjadi motor penggerak maju mundurnya bangsa kita.
Generasi emas ditandai dengan masyarakat yang berkompetisi dengan ilmu pengetahuan, salah satu pengetahuan yang dibutuhkan adalah penguasaan teknologi informasi dan komunikasi dalam berbagai segi kehidupan manusia. Saat ini sebagian pemuda hanya memiliki ketrampilan sederhana yang pasti tidak akan laku di masa depan. Maka kewajiban Pemerintah untuk mendorong agar proses belajar di lembaga pendidikan menggunakan perangkat teknologi agar anak-anak dapat mengakses bahan-bahan belajar secara madiri dan dapat mengkonstruksikan pemahamannnya sesuai dengan konteks sosial yang berkembang.
Generasi emas harusnya kita artikan pula sebagai masyarakat yang rajin, bukan pemalas . Tangguh itu adalah rajin, Jika malas bekarja, enggan berusaha, dan tidak mau beramal artinya menuju masa depan yang suram dan mengenaskan. Sebab masyarakat pemalas tidak akan merasakan kemajuan apaun bagi negerinya. Dalam agama pun umat manusia diajarkan untuk berusaha dalam memperoleh rizki dengan agresif, inovatif, progresif, dan produktif. Maka pendidikan agama juga harus ditanamkan bagi anak-anak, agar banyak melakukan kebaikan, jauh dari kenakalan , dan tidak terjerumus kedalam penyalahgunaan Narkoba.
KATA KUNCI regenerasi suatu bangsa adalah pemuda. Baik buruknya nasib bangsa ini dimasa yang akan datang sangatlah tergantung bagaimana menyiapkan pemuda yang tangguh dan cerdas. “Berikan saya 10 pemuda yang cerdas niscaya akan saya kuasai dunia.” (Ir. Soekarno). Sebuah motivasi yang sungguh luar biasa dari presiden pertama kita itu.Sementara saat ini perkembangan teknologi semakin member kemudahan, sebuah ketakutan bangsa ini adalah generasi mudanya terlena oleh tawaran teknologi yang dibumbui banyak hiburan mengasikkan hanya melalui sebuah telepon genggam. Sehingga lupa pada pendidikan kecerdasan untuk mampu bersaing dalam menciptakan, mengolah, mendesain dan mengevaluasi yang diajarkan melalui dunia pendidikan. Kecenderungan yang tampak bagi anak-anak muda saat ini adalah menikmati suguhan teknologi belaka . padahal mereka yang menjadi pemuda pada masa ini, dalam 20 hingga 30 tahun kedepan diharapkan dapat menjadi pemimpin cerdas yang memajukan bangsa serta tangguh dalam persaingan global.
Di zaman sekarang, pola hidup pemuda sudah sangat memperihatinkan. Padahal Sumpah Pemuda menjadi bukti torehan sejarah para pemuda bangsa Indonesia untuk menyamakan pandangan akan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa dalam melawan penjajahan saat itu. Dalam sejarah bangsa kita tercatat, para pemuda bangsa yang berasal dari beragam latar belakang yang berbeda, bersatu melaksanakan kongres pemuda dengan satu tujuan bersama, yakni mewujudkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Melalui tangan-tangan para pemuda, Indonesia diakui sebagai negara yang berdaulat.
Tugas kita semua saat ini, terutama melalui dunia pendidikan untuk mewujudkan pemuda generasi emas yang tidak lemas, yang memiliki keberanian layaknya dalam menyatakan yang benar itu benar dan yang salah itu salah, bertanggung jawab serta memiliki rasa ingin tahu yang tinggi untuk mencari dan menemukan kebenaran atas dasar ilmu pengetahuan dan keyakinan, tidak pernah berhenti dari pengembangan rasa nasionalisme Indonesia. Nasionalisme di sini dimaknai sebagai mencintai identitas bangsa, maka pendidikan bagi generasi bangsa adalah aspek yang menjadi motor penggerak maju mundurnya bangsa kita.
Generasi emas ditandai dengan masyarakat yang berkompetisi dengan ilmu pengetahuan, salah satu pengetahuan yang dibutuhkan adalah penguasaan teknologi informasi dan komunikasi dalam berbagai segi kehidupan manusia. Saat ini sebagian pemuda hanya memiliki ketrampilan sederhana yang pasti tidak akan laku di masa depan. Maka kewajiban Pemerintah untuk mendorong agar proses belajar di lembaga pendidikan menggunakan perangkat teknologi agar anak-anak dapat mengakses bahan-bahan belajar secara madiri dan dapat mengkonstruksikan pemahamannnya sesuai dengan konteks sosial yang berkembang.
Generasi emas harusnya kita artikan pula sebagai masyarakat yang rajin, bukan pemalas . Tangguh itu adalah rajin, Jika malas bekarja, enggan berusaha, dan tidak mau beramal artinya menuju masa depan yang suram dan mengenaskan. Sebab masyarakat pemalas tidak akan merasakan kemajuan apaun bagi negerinya. Dalam agama pun umat manusia diajarkan untuk berusaha dalam memperoleh rizki dengan agresif, inovatif, progresif, dan produktif. Maka pendidikan agama juga harus ditanamkan bagi anak-anak, agar banyak melakukan kebaikan, jauh dari kenakalan , dan tidak terjerumus kedalam penyalahgunaan Narkoba.
Sumber : www.pontianakpost.com
Tidak ada komentar: