
Apabila kita lakukan kilas balik
terhadap peranan mahasiswa di masa-masa terdahulu, anggaplah kita sebut
mahasiswa demikian sebagai mahasiswa tradisional, dimana di zamannya
mereka menuntut ilmu, kecanggihan teknologi masih dalam tahap
pertumbuhan. Namun semangat dari para Mahasiswa Tradisional tersebut
sangatlah menggebu-gebu dalam mengenyam ilmu pendidikan, sehingga
dampaknya/hasilnya pun begitu kentara, seperti halnya yang kini telah
menjadi tokoh bangsa ini, yakni ada Bapak Ir. BJ Habibie (tokoh
teknologi Indonesia), Ir. Soekarno (tokoh politik/diplomatis Indonesia),
Drs. Moh.Hatta (tokoh ekonomi sekaligus politik / Bapak Koperasi
Indonesia), dan juga tokoh-tokoh lainnya yang masih banyak lagi. Mereka
yang dulunya berpredikat sebagai Mahasiswa kini telah memberikan
kontribusi yang positif bagi perkembangan dan kemajuan bangsa Indonesia.
Bagaimana halnya dengan predikat sebagai
mahasiswa modern? kita katakan mahasiswa modern bukanlah karena cara
berfikirnya yang modern tetapi lebih kepada situasi atau perkembangan
zaman yang telah menjadi modern. Di masa globalisasi sekarang ini memang
begitu banyak input yang dapat masuk kedalam jati diri mahasiswa,
tinggal mahasiswa itu bisa memilih mana input yang baik dan mana input
yang buruk. Godaan disertai dengan tekanan yang sangat kuat terkadang
membuat kebanyakan mahasiswa justru terlena dengan kemewahan-kemewahan
yang ditawarkan oleh zaman globalisasi ini. Mereka seolah telah
terhipnotis untuk kemudian melupakan hakikat inti dari predikat
mahasiswa yang disandangnya. Modernisasi tak sedikit telah menyelimuti
tubuh mahasiswa bangsa ini, mahasiswa kekinian telah terjebak oleh gaya
hedonisme, rasa ego yang tinggi, sampai kepada apatis.
Hal ini jelas sangat mengendurkan
nilai-nilai kemahasiswaan, sebagai agen of change seharusnya mahasiswa
mampu memfilter kebudayaan-kebudayaan asing yang senantiasa merayu,
karena sungguh kebudayaan negatif seperti halnya hedonisme, egoisme,
apatisme bukanlah karakter bangsa, bukanlah kebudayaan
mahasiswa-mahasiswa terdahulu yang telah banyak berkontribusi, melainkan
mereka-mereka yang lebih dulu berpredikat mahasiswa (mahasiswa
tradisional) betapa sangat berasaskan kesederhanaan, tidak mementingkan
diri sendiri, dan terpenting ialah memiliki rasa prihatin dan kepedulian
yang teramat tinggi, tidak hanya untuk dirinya, keluarganya,
kerabatnya, kampungnya tetapi juga bagi tanah air tercinta ini –
Republik Indonesia, yang mampu meraih kemerdekaan dengan begitu
banyakknya pengorbanan para pejuang-pejuang terdahulu yang terhitung
jumlahnya.
Oleh karenaya, adalah mesti ! bagi
mahasiswa yang hidup dalam arus modern ini mampu menyaring kebudayaan
negatif yang menyelusup serta senantiasa kembali menumbuhkan karakter
bangsa yang unggul, karakter anak bangsa yang begitu prihatin akan
kelangsungan dan kemajuan hidup Bangsa Indonesia ini. Globalisasi sudah
terlanjur terjadi, namun mari kita jadikan Globalisasi ini sebagai
semangat sekaligus tantangan hidup untuk beradaptasi serta mampu
mengendalikan globalisasi ini, bukan malah menjadi budak dari
globalisasi. Merdeka Indonesia ku . Amin.
Sumber : http://duniapemuda.com/
Tidak ada komentar: