Negara Indonesia dibangun melalui
peradaban yang sangat panjang dari jaman kerajaan hingga jaman modern.
Otonomi daerah telah memberikan warna dalam perkembangan kepemimpinan di
Indonesia. Golongan pemimpin identik dengan golongan tua di mana, para
pemuda kurang diberikan kesempatan untuk dapat memimpin. Namun, patut
untuk disadari bahwa batasan usia tidaklah menjamin kematangan seseorang
untuk lebih maju. Pemimpin yang baik adalah seseorang yang dapat
mengemban amanah perjuangan Bangsa Indonesia yang telah diamanatkan
dalam pembukaan UUD 1945.
Salah satu bukti yang membangkitkan
semangat kaum muda Indonesia entah di sadari atau tidak adalah dengan
adanya tayangan iklan yang menyatakan “belum tua belum boleh bicara”.
Ini adalah suatu bukti teguran untuk para pemuda di Indonesia, sadar
atau tidak tayangan tersebut sebetulnya telah memberikan semangat kepada
para pemuda untuk angkat bicara atau siap menjadi pemimpin dengan bekal
ilmu pengetahuan dan kemampuan intelektualitas dengan tidak melihat
kedudukan dan jabatan orang tuanya.
Apabila melihat perjuangan Bangsa
Indonesia atau sering dibilang sebagai masa kejayaan nusantara, justru
yang membawa nusantara berjaya adalah sosok pemimpin dari seorang pemuda
yang mempunyai kemauan keras untuk memajukan nusantara. Berkat
pejuangan dan kemauan keras tersebut akhirnya nusantara berada dalam
puncak kejayaan.
Sejarah Kerajaan Majapahit telah
membuktikan, kemajuan kerajaan tersebut dipimpin di bawah seorang pemuda
yakni Hayam Wuruk. Di mana Hayam Wuruk mendapatkan dukungan atau restu
dari orang tuanya dan dari golongan tua untuk mengemban amanah memajukan
nusantara. Namun, sekarang sungguh terbaik keadaanya, pemuda kurang
diberikan kesempatan untuk menjadi pemimpin. Dominasi golongan tua telah
menjadikan pemuda hanya sekadar ‘anak bawang’yang harus menuruti
kehendak kaum tua.
Dalam sejarah Majapahit, Hayam Wuruk
mendapatkan dukungan dari Tribuanatunggaldewi (orang tuanya) dan Orang
yang mempunyai pengaruh yakni Gajah Mada (golongan tua). Sejarah
membuktikan bahwa sosok Hayam Wuruk yang mendapatkan restu dari orang
tua dan dukungan dari golongan tua telah sukses membawa kejayaan
nusantara. Sekarang kenapa peran orang tua dan golongan tua kurang
memberikan kesempatan kepada para pemuda, justru yang terjadi adalah
hegemoni hak-hak kaum muda.
Misalnya, batas usia untuk menjadi
seorang pemimpin begitu banyak menemui kendala bagi para pemuda,
seolah-oleh menganggap anak muda sekarang belum mempunyai kemampuan
untuk memimpin, dengan dalih masih labil secara mental dan masih banyak
emosional dalam mengambil keputusan. Kalau mau belajar dari buah kelapa
justru semakin tua semakin enteng, nyaring bunyinya, dan koplak. Ini
membuktikan bahwa semakin tua orang dengan mudah melontarkan kata-kata
namun terkadang hanya sebatas bicara tanpa bertindak.
Sejarah kemerdekaan Indonesia telah
membuktikannya, perjuangan pemuda mendesak Soekarno-Hatta untuk segera
memproklamasikan kemerdekaan adalah berkat perjuangan kaum muda pada
saat itu. Entah apa yang akan terjadi saat sekarang apabila para pemuda
tidak melakukan desakan terhadap golongan tua mungkin masih dalam
penjajahan.
Batas usia akan membuktikan kematangan
seseorang, tidaklah demikian dengan budaya sejarah Indonesia, justru
dengan adanya doa dan dukungan orang tua serta golongan tua. Maka
kepemimpinan pemuda sekarang tidaklah mustahil akan memberikan
konstribusi yang dapat membawa ke jaman keemasan dengan bercermin pada
sejarah masa lalu. Usia yang memberikan batasan kepada kaum muda dalam
budaya Indonesia sebetulnya berpengaruh tanpa disadari. Sebagai bukti,
remaja Indonesia telah banyak memberikan kontribusi dalam beberapa tahun
terakhir seperti juara lomba bidang ilmu pengetahuan yang telah meraih
emas dan masih banyak lagi sebagai bukti bahwa sebetulnya para pemuda
dan masih banyak kemampuan lain yang belum terungkap.
Pemuda sebagai ujung tombak bangsa
Indonesia ternyata secara tidak langsung telah dihegemoni tentang
hak-haknya oleh golongan tua yang merasa telah mapan dan lebih
berpengalaman. Dalih itulah yang selalu didengung-dengunkan oleh kaum
tua untuk menghegemoni hak-hak pemuda Indonesia.
HAM telah memberikan hak kepada
seseorang untuk bebas berfikir namun, justru yang terjadi adalah
hegemoni terhadap para intelektual muda. Intelektual muda seolah-olah
hanya dijadikan sebagai alat pemuas kaum tua yang ingin mempertahankan
hegemoninya tersebut. Salahkah, sekarang jika para pemuda Indonesia
kurang dapat berkembang. Tentunya, hal itu tidak demikian adanya namun
akibat belenggu hak-hak pemuda dalam mengembangkan dirinya yang selalu
dihegemoni oleh golongan tua.
Sudah saatnyalah sekarang, kaum muda
Indonesia bangkit dan memperjuangkan hak-haknya. Selama ini, pemuda
sendiri telah dinanabobokan oleh golongan tua hanya sebagai alat belaka.
Adakah keadilan HAM apabila para pemuda terus dibelengu oleh
dongeng-dongeng yang selalu menceritakan golongan tua dalam memimpin
bangsa ini.
Sebagai bukti konkrit, itu semua dapat
dilihat dengan jelas sekali di dunia kampus. Dunia kampus yang dinilai
sebagai pusat akademik namun kurang memberikan kebebasan secara
psikologis bagi kaum muda untuk dapat berkarya. Dosen dianggap sebagai
dewa yang maha tahu, mahasiwa dianggap orang yang sedang diajari untuk
tahu tentang apa yang disampaikannya.
Bahkan, dalam organisasi kampus sendiri,
senior selalu membanggakan dirinya dengan kata-kata “bagimana
organisasi ini mau maju, lihat dong perjuangan abang dan emba kalian
tempo dulu”. Sejujurnya kata tersebut kurang pantas untuk diucapkan oleh
para senior di dunia akademik, sebab akan menimbulkan beban bukannya
motivasi untuk maju dalam mengembangkan organisasi. Itulah bukti, bahwa
hak kaum muda selalu mendapatkan tekanan dari golongan tua, senior
dianggap paling tahu segala-galanya.
Pemuda sekarang harus dapat bangkit
untuk memperjuangkan hak-haknya. Apabila ingin memajukan diri janganlah
membiarkan terlena dalam buaian yang meninabobokan. Bangsa Indonesia
sekarang sedang memerlukan pemuda yang tangguh dalam berjuang membawa
kepada kejayaan. Sudah saatnyalah pemuda memperjuangkan hak-haknya agar
dapat berkembang, selain itu juga golongan tua haruslah memberikan
arahan kepada pemuda dan ibu bapak harus juga memberikan doa. Sebagai
tradisi timur kita semua pecaya bahwa doa orang tua sangat manjur
artinya dapat memberi kita kesenangan bahkan kesengsaraan.
Sesuai dengan pepatah Jawa “setetes banyu ngademi, seperci genik manasi”.
Kata tersebut begitu sangat dalam artinya, bahwa doa orang tua akan
memberikan kita kesejukan dan amarahnya akan mendatangkan malapetaka
dalam kehidupan.
Begitu pentingnya doa orang tua dan
dukungan golongan tua sebagai pengarah, jika pemuda diberikan kesempatan
ini maka dengan melihat kejayaan nusantara tidaklah mustahil Indonesia
akan menjadi lebih baik dari sekarang. Sebab, pemuda mempunyai mobilitas
yang lebih tinggi, orang tua memberikan arah terhadap mobilitas pemuda,
dan ibu memberikan kesejukan.
Hak-hak pemuda tersebut apabila
diberikan kesempatan yang lebih adil dari sekarang, maka setidaknya
Indonesia akan mempunyai rasa percaya diri yang lebih. Sekarang, rasa
percaya diri pemuda tanpa disadari telah terjangkit virus yang sangat
mematikan, yakni dalam hal pergaulan yang selalu dinilai dengan materi
sampai dengan hilangnya harga diri yang terus dihegemoni. Maka, sudah
selayaknya pemuda ke depan memiliki peran dalam memajukan nilai peradan
nusantara yang telah lama dirindukan oleh banyak kalangan.
Sumber: fahmina.or.id
Tidak ada komentar: